Masyarakat Komunikatif dan Kemajuan IPTEK

 

  1. Pengantar

Zaman sekarang ini adalah zaman yang bisa dibilang modern karena teknologi yang semakin maju. Begitu pula dengan keadaan masyarakatnya yang selalu mengikuti arus kemajuan zaman. Ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini sudah terpengaruh globalisasi dan menjadi faktor yang mempengaruhi masyarakat dan kehidupan masyarakat itu sendiri. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah memperbudak manusia, kemampuannya untuk mempengaruhi manusia membuat manusia bahkan masyarakat tergantung dengannya karena iptek memberi kemudahan akan kegiatan yang dilakukan masyarakat.

Dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tinggi kita dapat mengenal dunia bahkan melihatnya secara live melalui beberapa media massa. Komunikasi antar manusia semakin tidak berjarak. Modernisasi memang memperlihatkan kondisi-kondisi karakteristik kehidupan sehari-hari yang tipikal, yang pada gilirannya tergambar dalam orientasi-orientasi dasarnya, modus-modus perilaku, dan model-model peran anggota-anggota masyarakat ini. Jadi modernisasi dan kehidupan sehari-hari ditinjau dari kerangka ini, adalah tidak bertentangan satu sama lain. Sebagai aliran yang kontemporer yang cenderung menganggap proyek modernitas menuju masyarakat rasional sebagai perwujudan kekuasaan dalam bentuk sistem ekonomi dan birokratis. Namun, kekuasaan dapat disingkirkan dengan disebut tindakan komunikatif.

Habermas sangat tertarik pada tingkatan komunikatif, di mana tindakan agen yang terlibat tidak dikoordinasikan melalui kalkulasi egosentris kesuksesan namun melalui tindakan pancapaian pemahaman. Dalam tindakan komunikatif partisipan tidak hanya berorientasi pada kesuksesannya sendiri, mereka berusaha mencapai tujuan individu dengan syarat mereka dapat mengharmoniskan rencana bertindak mereka berdasarkan definisi situasi bersama (Nurhadi, 2008:310).

Teknologi menuntut manusia  untuk memproduksi barang sebanyak-banyaknya. Banyaknya barang berarti manusia harus pintar dalam memperdagangkan barang tersebut, hingga akhirnya melalui iklan di beberapa manusia. Salah satu jalur tersebut masyarakat sebenarnya hanyalah kebutuhan palsu yang sengaja ditanamkan dari luar oleh kepentingan-kepentingan sosial tertentu.

“dewasa ini, kekuasaan melestarikan dan memperluas dirinya tidak hanya melalui teknologi melainkan sebagai teknologi, dan teknologi menyediakan legimitasi yang kuat bagi kekuasaan politik yang sedang meluas, yang  mengabsorpsi segala bidang kebudayaan.” (Habermas, dalam kritik ideologi, 1990)

      Di zaman ini manusia memang tidak ditindas oleh manusia lain seperti pada zaman marx. Akan tetapi di zaman ini manusia ditindas oleh sesuatu yaitu ‘sistem teknologi’ yang menyeluruh dan mencengkram segenap kenyataan sosial ilmiah.

 

  1. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas dapat diambil suatu perumusan maslah sebagai berikut :

“bagaimanakah hubungan kemajuan IPTEK dan masyarakat komunikatif??”

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

  1. Masyarakat Komunikatif

Televisi menjadi faktor yang menyebabkan munculnya masyarakat komunikatif yang kritis dan produktif. Masyarakat komunikatif tercipta dengan mampu merasakan kepekaan dan kepedulian serta siap berargumentasi memecahkan permasalahan kompleks yang diidapnya. Kenyataannya, dengan cara tersebut dapat mengawal masa-masa sulit ini menuju suatu arah yang tepat. Bagaimanapun menyiapkan seperangkat infrastruktur untuk menyikapi setiap kejutan arah angin perubahan secara tenang dan penuh perhitungan sehingga dapat memberikan energi yang berlimpah ketika kita amat membutuhkannya.

Zaman sekarang teknologi sudah teramat maju. Asli dengan yang palsu menjadi susah untuk dibedakan perbedaanya. Jarak pun semakin tidak terasa. Banyak sekali kenyataan palsu yang dibuat atau dikonstruksi sedemikian rupa sehingga kita tidak mengetahui sesuatu hal tersebut nyata atau hanya sebuah rekayasa dari teknologi. (www.iptek.net.id)

Orang selalu mengidamkan kedamaian dimana setiap orang bebas hidup dengan damai dan mewujudkan cita-citanya. Baru belakangan ini kita mulai menyadari, dengan kerjasama, kita mampu membangun dunia yang damai. Daripada kita bertengkar satu sama lain, lebih baik kita memerangi bahaya yang akan sama-sama kita hadapi, yaitu kekerasan, keserakahan, membongkar akar-akar pertikaian dan mencoba melaksanakan persamaan lebih besar dalam hubungan ekonomi, sosial dan budaya. Menurut Habermas, masyarakat komunikatif bukanlah masyarakat yang melakukan kritik melalui revolusi atau kekerasan, melainkan lewat argumentasi. Habermas menyebutkan adanya klaim-klaim kesahihan yang dipandang rasional dan akan diterima tanpa paksaan sebagai hasil konsesus.

Habermas mengembangkan berbagai konsep tindakan komunikatif itu dalam demokrasi deliberatif. Habermas menawarkan “titik-titik sambungan komunikatif” antara negara, pasar dan masyarakat yang selama ini diblokade oleh kepentingan elit. Kekuatan yang menerobos saluran komunikasi yang tersumbat itu adalah proses-proses diskursif di dalam Habermas apa yang disebutnya “ruang publik politik”.

Ruang publik merupakan tempat bagi publik dalam mengekspresikan kebebasan dan otonomi mereka. Ruang publik itu bisa berwujud bebebasan berserikat, kebebasan pers, kebebasan berkeyakinan,  kebebasan berakal sehat, kebebasan membela diri, kebebasan membela komunitas, kebebasan berunjuk rasa, otonomi ruang daerah, keadilan sistem hukum.

Ucapan komunikatif selalu melekat pada berbagai hubungan dengan dunia. Tindakan komunikatif bersandar pada proses kooperatif interpretasi tempat partisipan berhubungan bersamaan dengan sesuatu di dunia objektif, sosial, dan subjektif. Pembicara dan pendengar menggunakan sistem acuan ketiga dunia tersebut sebagai kerangka kerja interpretatif tempat mereka memahami definisi situasi bersama. Mereka tidak secara langsung mengaitkan diri dengan sesuatu di dunia namun merelatifkan ucapan mereka berdasarkan kesempatan aktor lain untuk menguji validitas ucapan tersebut. Kesepahaman terjadi ketika ada pengakuan intersubjektif atas klaim validitas yang dikemukan pembicara. Konsensus tidak akan tercipta manakal pendengar menerima kebenaran pernyataan namun pada saat yang sama juga meragukan kejujuran pembicara atau kesesuaian ucapannya dengan norma.

Agar tidak terjadi pengambilalihan tindakan komunikatif yang sehat akibat berkuasanya kelompok-kelompok tertentu, teori tindakan komunikatif Habermas, membawa angin segar perubahan. Dunia-kehidupan bisa berjalan harmoni, ketika tidak ada pemaksaan sesuka hati dari beberapa atau kelompok orang. Pemahaman awal pengetahuan manusia mula-mula memang diterima sebagai dunianya sendiri. Tapi ketika kita berhadapan dengan dunia sosial, dimana manusia hidup, bertindak, dan berbicara satu sama lain serta berhadapan satu dengan yang lawan dengan pengetahuan eksplisit sesuatu membawanya praktik komunikatif. Sering kali hanya sebagian kecil dari pengetahuan valid. Ketika memasuki ruang sosial makan timbul persoalan-persoalan. Oleh karena itu, dibutuhkan komunikasi intersubjektif yang membawa setiap orang menjadi otonom dengan ikatan fungsional kebaikan bersama.

Dalam perspektif masyarakat yang komunikatif, interaksi atau komunikasi yang berlangsung dua arah, dengan daya saling mengimbangi secara proporsional hanya akan terwujud jika prasyarat intelektual; kesadaran rasional, kemampuan komunikasi -itu terpenuhi Jika tidak hegemoni yang berkuasa hanya akan menjadi warna dominan dan membuat proses kemajuan bangsa kembali mengalami degrasi.( mirzaindie.blogspot.com)

Masyarakat komunikatif tercipta dengan mampu merasakan kepekaan dan kepedulian serta siap berargumentasi memecahkan permasalahan kompleks yang diidap. Kongkretnya, dengan cara itu, dapat mengawal masa-masa sulit ini menuju suatu arah yang tepat Bagaimanapun menyiapkan seperangkat infrastruktur yang capable menyikapi setiap kejutan arah angin perubahan secara tenang dan penuh perhitungan dalam konsensus, dapat menyediakan energi yang berlimpah ketika kita amat membutuhkannya. Mengedepankan prioritas tidak bermakna yang mngesampingkan kebutuhan lainnya.

 

 

  1. Mayarakat komunikatif dan kemajuan teknologi

Teknologi dapat menghubungkan satu individu dengan individu lainnya bahkan dapat bertemu dengan beribu-ribu manusia yang belum dikenal sebelumnya. Komunikasi antar manusia dapat tercipta secara langsung tanpa perlu kita berhadapan dengan lawan bicara kita. Contohnya, facebook, dengan facebook kita dapat bertemu berjuta-juta orang dalam dunia maya, saling menyapa dengan bahasa-bahasa yang tecipta dari ketikan jari kita dan kemudian terbaca oleh orang yang kita tuju bahkan semua orang didalamnya. Bahkan dengan webcam, berkomunikasi secara langsung dalam dunia maya bisa dilakukan dengan melihat wajah lawan kita secara langsung. Dan masih banyak teknologi yang menjadi alat komunikasi banyak individu. Hal ini dilakukan masyarakat pada umumnya. Menurut Habermas, respon yang tepat atas deformasi subyek yang berasal universalisasi rasionalitas teknologis dan logika dominasi bukanlah penggusuran ilmu dan teknologi melalui beberapa versi “kebangkitan alam yang telah hancur” namun suatu pembudidayaan pemahaman reflektif atas ilmu sebagai kategori pengetahuan, pemahaman atas kontrol teknis sebagai satu cara bertindak (Margaret, 1984).

Dominasi ilmu dan teknologi harus dikembalikan kearah tujuan-tujuan praksis hidup manusia. Manusia harus mengungkapkan kebebasannya. Dengan kritisnya Habermas membebaskan sifat-sifat ilmu yang mendominasi manusia. Habermas dan Hardiman (1993:24) menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi yang melahirkan masyarakat rasionalisme bergaya barat yang mendasari praktik-praktik totalitarisme modern mempunyai banyak cacat.

Pada masyarakat komunikatif yang menentukan perubahan sosial bukanlah perkembangan kekuatan produksi atau kemajuan teknologi, melainkan proses belajar dalam dimensi praktis-etis. Pandangan Habermas, masyarakat yang komunikatif mengatur konflik dengan memisahkan moralitas (pandangan tentang kebaikan manusia) dan legalitas (pandangan tentang kebaikan manusia menurut pelaksanaan hukum). Dalam masyarakat yang komunikatif interaksi atau komunikasi yang berlangsung dua arah, dengan daya saling mengimbangi secara proporsional hanya akan terwujud jika prasarat kesadaran rasional dan kemampuan komunikasi itu terpenuhi.

Perkembangan kehidupan mutakhir tersebut jelas sangat tidak menguntungkan, khususnya terkait dengan upaya perekatan sosial (social integration). Musuh bersama yang sekarang menantang di depan mata sesungguhnya ialah rintangan berupa sikap absolutisme yang akut itu. Yakni, sikap yang terus merangsang sebuah klaim kebenaran yang mutlak dan terus dipaksakan ke ruang publik sebagai kebenaran yang tunggal dan monolitik. Dalam berbagai varian kehidupan sosial, realita ini muncul sebagai penguasaan wacana publik di antara berbagai pertarungan nilai. Absolutisme dengan retorika yang, menggebu-gebu, padahal sarat kosong makna, kemudian hadir seolah-olah telah menghipnotis masyarakat. Resultan yang diperoleh pada gilirannya ialah terjadi eksklusi sosial di tengah keterbukaan ruang publik. Sebuah gejala perpecahan sekat sosial semakin runcing dengan statisme model eksklusi sosial ini. Masing-masing kelompok yang berbeda dalam keadaan ini begitu sulit untuk menerima titik temu secara dialogis dan komunikatif, sehingga meniscayakan kekerasan, baik kekerasan simbolik berupa pertarungan ruang diskursif maupun kekerasan fisik yang dipakai sebagai logika penyelesaian masalah tanpa pikir panjang. Pada urutannya, lahirlah “otoritarianisme” dalam kehidupan sosial.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

Teknologi semakin maju dan perkembangannya sangat cepat, begitu canggihnya sampai kita sulit membedakan yang asli dengan yang palsu, jarak yang ada tidak terasa. Banyak sekali kenyataan palsu yang dibuat atau dikonstruksi sedemikian rupa sampai-sampai kita tidak tahu hal itu nyata atau rekayasa dari teknologi.

Masalah ketidaksadaran manusia akan perbudakan teknologi menjadi dasar perlunya masyarakat yang komunikatif. Masyarakat komunikatif tercipta dengan mampu merasakan kepekaan dan kepedulian serta siap berargumentasi memecahkan permasalahan kompleks yang diidapnya. Dengan cara tersebut dapat mengatasi masa-masa sulit untuik menuju nsuatu arah yang tepat.

Pada masyarakat komunikatif yang menentukan perubahan sosial bukanlah perkembangan kekuatan produksi atau kemajuan teknologi, melainkan proses belajar dalam dimensi praktis-etis. Pandangan Habermas, masyarakat yang komunikatif mengatur konflik dengan memisahkan moralitas (pandangan tentang kebaikan manusia) dan legalitas (pandangan tentang kebaikan manusia menurut pelaksanaan hukum).

 

 

DAFTAR PUSTAKA 

 

Hardiman, F. Budi.1990. Kritik Ideologi : Pertautan Pengetahuan Kepentingan. Kanisius, Jogjakarta.

Hardiman, F. Budi. 1993. Menuju Masyarakat Komunikatif. Penerbit:Kanisius. Yogyakarta.

Nurhadi. 2006. Teori Kritis Jurgen Habermas. Penerbit:Kreasi Wacana. Yogyakarta.

Poloma, Margaret, 1984. Teori Sosiologi Kontemporer. Rajawali Pers. Jakarta

Ritzer, George & Douglas J. Goodman diterjemahkan oleh Nurhadi. 2004. Teori Sosiologi:  dari Sosiologi Klasik sampai Perkembangan Mutakhir Teori Postmodern. Kreasi Wacana. Yogyakarta

Belum ada Komentar untuk "Masyarakat Komunikatif dan Kemajuan IPTEK"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel