Kemeriahan Tahun Baru Dipandang Dari Kajian Imajinasi Sosial

Khayalan sosiologis sebagai cara untuk memahami apa yang terjadi di masyarakat maupun yang ada dalam diri manusia. Menurut Wright Mills, dengan khayalan sosiologi, kita mampu memahami sejarah masyarakat, riwayat hidup pribadi. Mills mendefinisikan imajinasi sosiologis sebagai kesadaran yang jelas tentang hubungan antara pengalaman dan masyarakat yang lebih luas. Imajinasi sosiologis mengaggap dirinya menjauh dari rutinitas sehari-hari akrab (Glidden A12). Dengan imajinasi sosiologis seseorang dapat memahami pandangan historis yang lebih luas, hakekat kehidupan, dan kebutuhan berbagai individu. Menurut Mills (1995) :

“Imajinasi sosiologis merupakan pemikiran yang memungkinkan kita untuk mengetahui sejarah dan biografi serta hubungan antara keduanya di dalam masyarakat.” (khirzulmuhammad.blogspot.com). Dalam melihat permasalahan masyarakat Mills mengajak kita untuk menggunakan imajinasi sosiologinya karena dengan itu akan dapat mengetahui serta mempelajari tingkah laku manusia di waktu dahulu dan kemudian diterapkan pada masyarakat sekarang ini. Situasi sosio-historis adalah situasi yang objektif, mampu menentukan kehidupan orang tetapi situasi itu dapat diubah oleh tindakan yang rasional. Mills memiliki pandangan bahwa bila sosiologi ingin mencapai potensinya maka sosiologi tidak hanya menemukan fakta dan pemikiran-pemikiran besar yang abstrak.

Contoh kasus dari pengertian ini misal semaraknya pergantian tahun baru yang dimanfaatkan oleh para pedagang dalam peningkatan hasil penjualan. Perayaan tahun baru telah menghipnotis semua kalangan masyarakat dunia termasuk Indonesia, dari kalangan anak kecil, remaja, serta para orang tua yang ikut serta merasakan kemeriahan tersebut. Ramainya bunyi-bunyian terompet yang dimainkan oleh mereka yang berkumpul merayakan tahun baru, tidak hanya terompet saja tetapi kembang apipun menjadi sebuah simbol dalam peristiwa tahun baru. Semua orang berkumpul dalam satu tempat yang mereka inginkan dalam perayaan tahun baru bersama orang-orang terdekat seperti keluarga dan atau teman-teman. Pawai sepeda motorpun dimulai dengan manarik gas sepenuhnya dengan menyertai yel-yel yang memekikan telinga.

            Campur baur antara muda-mudi, gelak tawa dan canda, isapan rokok yang bagai dari asap cerobong pabrik, serta berbagai minuman yang menjadi teman akrab yang menyertai mereka. Televisi, radio, dan pemilik pusat perbelanjaan tidak mau absen dan ikut serta memeriahkan tahun baru. Berbagai promosi dan diskon-diskon besar diadakan dalam rangka menyambut Natal dan tahun baru, begitu meriah acara yang digelar oleh mereka untuk menyambut kedatangan tahun baru masehi tersebut.

a.    Rumusan Masalah

Bagaimana antusias masyarakat dalam penyambutan tahun baru dalam teori imajinasi sosiologi?

PEMBAHASAN

a.    Imajinasi Sosiologi

Imajinasi sosiologi menurut pendapat mills dijelaskan bahwa janji (the promise) yang selalu diumbar sosiologi (umumnya) lebih sebagai rayuan gombal ketimbang realitas, karena praktis dari implikasi-implikasi penelitian yang diproduksi grand teoritis, misalnya telah menyia-nyiakan komitmen terhadap nalar dan kebebasan. Dengan pemahaman sosiologis seseorang memiliki pemahaman historis yang lebih luas dari segi kehidupannya terhadap hakikat kehidupan dan kebutuhan kehidupan berbagai individu.

Mills dapat melihat bagaimana individu-individu, dalam kehidupan sehari-harinya sering mengisruhkan posisi sosial mereka. Dengan keruwetan itu dicari kerangka masyarakat modern dalam kerangka demikian psikologi berbagai manusia dirumuskan. Daya guna imajinasi sosiologis menurut Mills yaitu mampukah kita memahami sejarah dan biografi dan hubungan antar keduaya (daya guna) di dalam masyarakat (Mills, 1977: 12).

Mills berpendapat bahwa para individu dapat menghayati pengalamannya secara penuh bila mereka mengetahui lokasi dirinya didalam periode sejarahnya. Selanjutnya, ia waspada terhadap peluang-peluang hidup yang dibagi-tukar diantara para individu di dalam lingkungan yang sama. Mills membuat distingsi penting mengenai hubungan antara personal troubles (kesulitan-kesulitan person) dan public issues (isu-isu publik).

Kesulitan-kesulitan person adalah kesulitan-kesulitan yang terjadi didalam individu sebagai kesatuan biografi dan didalam ruang hidup langsungnya dan hubunganya dengan orang lain.

kritisasi tentang white collar workers didasarkan pada teori alienasi Marx. Marx menjelaskan bahwa kerja telah memisahkan manusia dari dunia binatang. Manusia mengungkapkan dirinya hanya lewat perkerjaan. Seperti seorang petani bekerja dan melihat hasil panennya, seorang montir puas ketika berhasil membenahi motor yang rusak dan seorang nelayan melaut dan melihat hasil tangkapan ikannya. Teori keterasingan (alienasi) Marx menjadi dasar pembahasan Mills tentang kelas menengah Amerika. Alienasi merupakan contoh kontradiksi yang menjadi fokus pendekatan dialektis Marx.

Terdapat kontradiksi nyata antara sifat dasar kita yang dibatasi dan ditransformasikan oleh kerja dengan kondisi-kondisi yang aktual dari kerja di bawah kapitalisme (Marx, 1964). Mills (1951) menggunakan sejarah untuk kemudian menjelaskan kembali dunia pengusaha kecil di zaman dulu. Mills menyebut pengusaha kecil sebagai orang yang bebas bukan orang yang terikat, orang yang merdeka bukan orang yang dibatasi oleh tradisi dalam struktur dimana kebebasan individual terlihat sebagai aturan sosial.  institusi sejarah masyarakat keseluruhan.

Mengenai imajinasi sosiologi penulis mengambil contoh semarak perayaan tahun baru dikalangan masyarakat. Antusias masyarakat yang sangat besar terhadap perayaan tahun baru 2012, dapat digambarkan bahwa suasana yang sangat ramai yang dihadiri oleh berbagai kalangan asyarakat, baik anak-anak, remaja, maupun orang tua. Mereka berkumpul hanya sekedar untuk mengikuti malam pergantian tahun.

Suasana tahun baru yang sangat meriah dapat digambarkan denga adanya berbagai macam bentuk ungkapan kebahagiaan masyarakat dalam menyambut pergantian tahun, misalnya ada beberapa kalangan anak-anak muda yang berkumpul dengan teman-temn terdekat atau mungkin pasangan mereka masing-masing yang memang sudah direncanakan sebelumnya dalam perayaan tahun baru tersebut. Anak-anak kecil serta orang tua yang juga ikutan meniupkan terompet sehingga suasanapun semakin ramai dengan suara yang dominan antara terompet dan arak-arakan motor yang dilakukan oleh anak muda terutama anak-anak lelaki.

Acara pergantian tahun baru yang dihadiri oleh berbagai kalangan masyarakat ini membawa dampak positif dan negatif. Dampak positif yang diambil oleh para jarang dikalangan masyarakat  penjual dalam mencari keuntungan pada moment tahun baru tersebut, serta dampak positif yang timbul diantara para penjual yang saling bersaing sehingga terkadang terjadi persaingan yang tidak sehat diantara para penjual.

Dilihat dari kasus diatas dapat dikatan bahwa individu-individu dalam kehidupan sehari-harinya sering mengisruhkan posisi sosial mereka, karena dalam kehidupan mereka saling bersaing demi memenuhi kehidupan mereka, tidak jarang didalam masyarakat sering sekali terjadi konflik sosial yang mungkin saja merupakan hal yang kecil dijadikan sebagai sebuah masalah yang besar dalam kehidupan masyarakat tersebut. Misalnya saja seperti penjelasan diatas bahwa persaingan antara penjual yang satu dengan yang lain timbul diakibatkan karena adanya keinginan pada diri mereka dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Imajinasi sosiologi menurut pendapat Mills, sejatinya dikombinasikan dua cara penelitian, yang diidentifikasikan Mills sebagai macroscopiks dan molekuler. Makroskopiks berhubungaan dengan keseluruhan struktur sosial dengan cara perbandingan, memiliki ruang lingkup yang sama dengan ruang lingkup ahli sejarah dunia, mencoba menampilkan tipe-tipe fenomena historis, dan secara sistematis menghubungkan berbagai lingkungan institusional masyarakat yang kemudian dikaitkan dengan tipe-tipe manusia yang ada.

Penelitian makroskopiks yang dikaitkan oleh Mills, dalam contoh kasus ini dapat dilihat pada perayaan tahun baru yang dihadiri oleh banyak kalangan masyarakat, antara yang muda, tua, serta anak-anak yang juga ikut antusias dalam penyambutan acara tahun baru tersebut, sampai mereka hanyut dalam malam perayaan tahun baru, bersama orang-orang terdekat mereka.

Menurut Mills, contoh penelitian macroskopiks gampang ditemukan di dalam karya-karya weber, marx, simmel, dan mannheim. Sementara molucular ditandai masalah-masalah berskala kecil dengan kebiasaan menggunakan model verifikasi statistik. Dalam contoh kasus perayaan tahun baru hal ini sebagai moment untuk membangun kedekatan bersama keluarga atau orang-orang terdekat lainnya.

Dalam pemahaman Bauman dijelaskan bahwa berpikir secara sosiologi berarti berpikir untuk memahami hampir keseluruhan masyarakat di sekitar kita, berpikir sosiologi berarti mempromosikan solidari Himbauan Mills tentang imajinasi sosiologis merupakan salah satu bentuk kecaman atau kritis terhadap ilmu yang semu. Mills menganggap para sosiolog naturalis ekstrim sebagai kaum ilmiawan atau scientists (Mills, 1954).

 

 

Mereka yang dianggap Mills sebagai kaum scientists tidak akan pernah mengetahui inti masalah masyarakat dan sejarahnya sebagaimana ketika para ahli fisika dalam memandang segala proses yang terjadi di alam. Dalam bukunya yang terkenal The Sociological Imagination (1959) inti utama dari imajinasi sosiologis yaitu, :

1)    Sejarah: bagaimana masyarakat yang akan datang dan bagaimana perubahan itu terjadi dan bagaimana proses sejarah sedang berlangsung di dalamnya,

2)    Biografi: sifat-sifat manusia yang hidup di masyarakat serta apa saja yang mendiami orang-orang tertentu masyarakat,

3)    Struktur sosial: bagaimana berbagai institusi atau lembaga beroperasi dalam sebuah masyarakat, yang mana posisinya dominan, bagaimana mereka diselenggarakan bersama, bagaimana mungkin mereka akan melakukan suatu perubahan.

Institusi atau lembaga yang ada dalam masyarakat mempunyai peran besar dalam mengarahkan masyarakat untuk melakukan suatu perubahan. Proses yang mereka lakukan adalah dengan imajinasi sosiologis. Dan dalam melaksanakan pekerjaannya harus mengetahui pertanyaan-pertanyaan yang kerap dimiliki oleh masyarakat baik tentang individu dalam masyarakat atau lingkungan masyarakatnya.

Pertanyan-pertanyaan yang ada dalam diri masyarakat akan dibangkitkan oleh imajinasi sosiologis. Ini berarti imajinasi dapat mengubah pemikiran seseorang misalnya dari kekerasan atau konflik menjadi penyebab timbulnya masalah tersebut. Problematika yang disebabkan globalisasi yang mempengaruhi dunia serta masyarakat didalamnya harus ditemukan solusinya caranya bukan sekedar info permasalahan-permasalahan sosial yang ada tapi seberapa jauh kita dapat mengolah informasi yang kita dapat untuk mendapatkan

pemecahan yang nyata dalam penanganannya. Penggunaan imajinasi sosiologis akan sangat berarti untuk mengungkap individu dan masyarakat serta problematika yang ada dalam kehidupoan sosial.

Pemahaman diatas dapat dikaitkan bahwa setiap moment pergantian tahun baru, sering terjadi konflik antara para pengunjung, pengunjung dengan pedagang,atapun pedagang dengan pedagang. Konflik yang terjadi biasanya karena hal kecil yang dibesar-besarkan, misalkan salah satu pengunjung yang sedang mabuk tidak sengaja tersenggol oleh pengunjung lain, atau pedagang yang menawarkan dagangannya. Si pemabuk tersebut tidak terima dengan perlakuan tersebut, karena memang kondisi yang terpengaruh alkohol dan tidak dalam keadaan sadar. Solusi untuk masalah tersebut adalah diselesaikan dalam pos keamanan yang biasa berjaga dalam perayaan acara pergantian tahun baru.

Mills sebagai seorang ahli teori yang tak pernah mengesampingkan prinsip-prinsip psikologis, mencoba mengaitkannya dengan masalah sosiologis dan struktur. Masalah-masalah struktur juga membawanya ke analisa isu-isu sosial dan teori sosiologis terapan atau teori evaluasi. Karya-karya Mills, sebagai seorang sosiolog berorientasi pembaharuan, menunjukan bahwa konflik kepentingan adalah salah satu bentuk fakta sosial. Tetapi dalam memperhatikan isu yang lebih luas(kelalaian banyak ahli psikologois sosial) dia tidak mengabaikan individu.

Ahli psikologis mencoba menguraikan dan menjelaskan tingkah laku dan motivasi manusia dalam berbagai tipe masyarakat. Dia mencoba menguraikan tipe-tipe orang yang biasanya ditemukan dalam tipe-tipe masyarakat yang berbeda, kemudian menjelaskannya dengan menjajaki saling silang hubungan mereka dengan masyarakatnya. Struktur karakter dikaitkan dengan struktur sosial, termasuk keluarga, ekonomi, militer, dan politik melalui peranan sosial seseorang.

Dalam susunan politik “ di mana manusia memperoleh, menggunakan atau mempengaruhi distribusi kekuasaan dan wewenang dalam struktur sosial”. Adapun susunan ekonomi melengkapi lembaga-lembaga tersebut “ di mana manusia mengorganisir tenaga kerja, sumber-sumber dan pelaksanaan teknis agar menghasilkan dan mendistribusikan berbagai barang dan jasa”. Selain itu dalam susunan militer  “ terdiri dari lembaga-lembaga dimana orang mengorganisir kekerasan yang sah dan mengawasi penggunaannya” (Gerth dan Mills, 1953: 26).

Teori sosiologi seharusnya dekat dengan masyarakat yang bersifat evaluatif dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dengan maksud untuk memperbaiki kehidupan sosial yang ada. Tidak ada studi sosial yang tidak kembali kepada persoalan-persoalan biografi, sejarah, dan pertemuan dalam masyarakat yang telah melengkapi perjalanan intelektual ini.
Pandangan atas persoalan-persoalan individu bukan murni sebab-sebab yang berasal dari individu yang bisa ditemukan penjelasanya dalam bingkai masyarakat yang lebih luas. Kemiskinan dan berbagai masalah lainnya tidak murni disebabkan oleh kita sendiri tetapi berhubungan dengan masyarakat maupun mekanisme bagaimana ia diorganisasikan.

Kekuatan struktur ini sangat bisa kita rasakan ketika kejadian-kejadian dalam diri kita banyak yang lepas dari kontrol kita. Terlebih masyarakat menyuguhkan alternatif-alternatif dan harapan-harapan sosial yang sering kontradiktif sehingga banyak individu yang menemui kegagalan. Mills mempunyai pendapat bahwa individu dapat menghayati pengalamannya secara penuh bila mereka mengetahui posisi diri dalam periode sejarahnya. Selanjutnya ia waspada terhadap peluang-peluang hidup yang ditukarkan di antara para individu di dalam lingkungan yang sama.

Perkembangan zaman yang diikuti perubahan kehidupan masyarakat membawa konsekuensi tersendiri terhadap posisi pengusaha kecil. Perubahan dalam kelas berkerah putih seperti, (1) hilangnya prestise dibandingkan dengan pengusaha tipe lama, (2) merosotnya pendapatan riel, (3) mekanisasi jabatan yang mengancam eksistensi lapangan kerja yang dipegang oleh karyawan yang berkerah putih dan (4) pembatasan otonomi pekerja kantor (Mills, 1952). Pekerjaan karyawan berkerah putih itu bersifat rutin dan cenderung bersifat membosankan, hanya ada sedikit harapan untuk membangkitkan motivasi dan kinerja kerja karyawan di masa yang akan datang. Karyawan kelas menengah bahkan yang sudah mencapai tahap profesionalpun biasanya tidak memiliki kekuatan pribadi untuk dapat mengendalikan hidupnya sendiri dan kekuatan politik untuk memajukan bangsa.

Pandangan Mills menempatkan dua sisi yang saling berhadapan antara orang sebagai produk sosial dan orang sebagai pencipta struktur sosial. Seseorang dapat memberikan tanggapan yang tidak rasional terhadap berbagai simbol status dan slogan politik sehingga memungkinkan terjadinya perubahan sejarah sosial mereka. Seperti, dalam sistem pelaksanaan yang berjalan dari cita-cita demokratis dianggap kurang efisien bila dibanding dengan masa lalu maka rakyat dapat menentang segala kepentingan-kepentingan yang menjuru kepada elite kekuasaan. 

Kesimpulan

Melihat permasalahan sosial di masyarakat Mills mengajak kita untuk menggunakan imajinasi sosiologis karena dengan begitu kita akan dapat mengetahui pola tingkah laku manusia di masa lalu dan kemudian menerapkannya pada masyarakat sekarang ini. Situasi sosio-historis adalah situasi yang objektif, mampu menentukan kehidupan orang tetapi situasi itu dapat diubah oleh tindakan yang rasional. Imajinasi sosiologis yang memungkinkan kita untuk pegang sejarah dan hubungan dalam masyarakat. Imajinasi dapat mengubah pemikiran seseorang misalnya dari kekerasan atau konflik menjadi penyebab timbulnya masalah tersebut.

Dengan adanya gambaran persitiwa masa lampau tersebut kita bisa mengambil pelajaran untuk menempuh masa yang akan datang. Hubungan sejarah sosial dengan psikologi sosial sangatlah erat, karena dengan mempelajarinya kita dapat melihat permasalahan sosial dalam kehidupan manusia saat ini.

Pemikiran Mills akan imajinasi sosiologis merupakan kritik terhadap model naturalis yang sudah dominan dalam sosiologi kontemporer. Imanjinasi sosilogis adalah kemampuan untuk menangkap sejarah dan biografi serta manfaatnya dalam masyarakat. Teori tidak boleh abstrak dan tidak pula empirisme abstrak. Dalam bukunya Power Elite dan White Collar, Mills  menunjukkan keprihatinannya akan isu-isu sosial. Dengan demikian karya Mills tak hanya relevan tetapi mencoba menggabungkan data dan teori di dalam studi isu-isu sosial.  

DAFTAR PUSTAKA

Al Makasari, Ridwan,1999. Imajinasi Sosiologis CW. Mills. UII Press, Jogjakarta.

Poloma, Margaret, 1984. Teori Sosiologi Kontemporer. Rajawali Pers. Jakarta.

Ritzer, George, 2006. Teori Sisiologi Modern. Prenada Media, Jakarta.

Ritzer, George, 2006. Teori Sosiologi Klasik. Prenada Media, Jakarta.

Belum ada Komentar untuk "Kemeriahan Tahun Baru Dipandang Dari Kajian Imajinasi Sosial"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel